Sejarah
Manokwari merupakan kota pemerintahan tertua di tanah Papua, ditandai dengan pelantikan J.J. Van Oosterszee sebagai Controleer Afdeling Noord Nieuw Guinea yang berkedudukan di Manokwari oleh Residen Ternate, Van Horst atas nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 8 November 1898. Kata Manokwari berasal dari bahasa Biak Numfor yang berarti Kampung Tua. Kabupaten Manokwari beribukota di Manokwari dan saat ini dipimpin oleh Bupati Drs. Dominggus Mandacan dan Wakil Bupati Ir. Dominggus Buiney, MM.
Geografis
Kabupaten Manokwari terletak di bagian kepala burung Pulau Papua pada posisi 0015’-3025’ Lintang Selatan dan 132035’-134045’ Bujur Timur, memiliki topografi dataran rendah, perbukitan serta pegunungan yang kaya akan potensi sumber daya alam. Luas Kabupaten Manokwari sekitar 14.268 km2 dan dihuni oleh kurang lebih 166.048 jiwa, tersebar di 29 Distrik, 9 Kelurahan dan 408 Kampung. Secara geografis berbatasan dengan:
• Samudera Pasifik di sebelah utara,
• Kabupaten Teluk Wondama di sebelah timur,
• Kabupaten Teluk Bintuni di sebelah selatan, dan,
• Kabupaten Sorong dan Kabupaten Sorong Selatan di sebelah barat.
Manokwari disebut juga Kota Injil, karena Injil disebarkan pertama kali di Tanah Papua melalui Pulau Mansinam yang terletak di Kabupaten Manokwari pada tanggal 5 Februari
1855, dibawa oleh dua missionaris Jerman yaitu Carel Willem Ottow dan Johann Gottlob Geissler.
Kota Manokwari dapat dicapai langsung melalui kota-kota di Indonesia.
Transportasi Udara
Bandara Rendani Manokwari
Pesawat udara Foker 100, Boeing 737-200, dan 737-300 Express Air, Batavia Air dan Merpati Air, pada hari-hari tertentu melalui Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Makassar dan Jayapura.
Transportasi Laut
Kapal Penumpang Cepat milik PT. Pelni masing-masing KM. Nggapulu, KM. Siguntang, KM. Labobar dan KM. Dorolonda setiap minggu secara bergiliran melalui pelabuhan Jakarta, Semarang, Surabaya, Batam, Makassar, Bitung, Ambon, Sorong, Nabire, Serui, Biak dan Jayapura.